Jumat, hari pembuka week end. Dari tujuh hari dalam seminggu, kedatangannya paling dinantikan. TGIF - Thank God it’s Friday. Detik-detik berakhirnya jam kerja, menyuntikkan
energi dan semangat baru. Memberikan kesempatan untuk istirahat sejenak dari
rutinitas kerja. Memulihkan tenaga dan me-refresh
pikiran.
Bagi mereka yang tinggal
di kota yang berbeda dengan keluarga, akhir pekan dinanti-nanti untuk berkumpul bersama keluarga. Melepas rindu.
Menebus waktu bersama yang hilang…
***
Jumat,
02 Agustus 2013, 06.00 WIB.
Pagi ini terasa
begitu spesial. Dalam hitungan jam, aku bisa berkumpul dengan keluargaku. Aku
bisa menikmati waktu bersama mereka untuk 11 hari dan 10 malam kedepan. Kenyataan
yang sangat menyenangkan, menyambutku begitu aku membuka mata pagi ini. Langit
biru cerah dan kehangatan matahari pagi seolah menjadi penanda bahwa semesta
alam pun mendukung. Atmosfer keceriaan meruap memenuhi udara.
***
16.00 WIB.
Jam kerja berakhir
sudah. Tiba waktunya untuk pulang. Benar-benar pulang, ke rumah..
Polo shirt
menggantikan kemeja batik yang kukenakan pagi tadi. Ransel sarat muatan
menggantikan tas kerja yang menemaniku ke kantor pagi tadi. Bayangan wajah-wajah
familiar yang segera akan kutemui membuatku siap memulai perjalananku sore ini,
menuju Jakarta.
… I gotta get myself together, 'cause I got some
place to go;
And I'm praying when I get there, I'll see everyone
I know…
(Mary Mary – Heaven)
***
“Bu, saya berangkat ya..”
pamitku ke Ibu Kost.
“Oh ya.. hati-hati di jalan..
Salam untuk Bapak-Ibu dirumah..”
“Baik, Bu..”
Usai berpamitan, aku
berjalan menuju pool taksi yang tak
begitu jauh dari kostku.
“Juanda, ya, Pak. Kita lewat tol
saja dari Gayungsari.” aku menginstruksikan.
Baru berjalan
beberapa puluh meter, tampak jalur alternatif menuju tol yang biasa kugunakan
sudah padat dengan kendaraan. Tak bergerak.
“Mbak, kita putar balik saja.
Tadi saya lewat disini, satu jam baru bisa tembus.Mending kita lewat A. Yani.
Meskipun macet, setidaknya masih bisa bergerak,” ia menambahkan.
“Tapi kan mau naik tol..”
balasku.
“Kita naik dari Waru saja. Kalau
lewat Gayungsari bisa-bisa Mbak sampai bandara, pesawatnya sudah terbang..”
“Okelah kalau begitu..” aku
mengikuti sarannya.
Orang-orang sepertinya
berada pada frekwensi gelombang pikiran yang sama, menghindari jalan utama
supaya tidak terkena kemacetan. Berakibat menumpuknya kendaraan di jalur
alternatif.
1 jam terdiri dari
60 menit. Satu menit terdiri dari 60 detik. Tapi entah mengapa setiap menuju
bandara, waktu terasa berlari.
Taksi berputar
balik, mengarah ke jalan utama. Aku berharap-harap cemas. Semoga jalan tidak
terlalu macet. Kudapati jalan A. Yani sudah padat kendaraan. Taksi bergerak
perlahan di tengah lautan kendaraan lainnya. Aku bolak balik melihat jam
tanganku seolah dengan begitu, aku bisa melambatkan lajunya waktu. Pintu tol
masih belum terlihat. Aku mulai merasa gelisah.
***
Diperlukan waktu tempuh
sekitar 40 menit, barulah kami bisa naik tol. Lalu lintas ramai tapi lancar. Aku
pun bisa menarik nafas lega, tenang.
Setibanya di
bandara, aku menuju konter maskapai penerbangan yang kugunakan untuk check in. Ada informasi bahwa pesawat
mengalami keterlambatan 30 menit. Inilah risiko terbang sore hari saat peak season. Terkena delay karena akumulasi keterlambatan..
Ruang tunggu
menghadirkan aneka manusia dengan kesibukannya masing-masing sementara menunggu
panggilan boarding. Ada seorang Ibu
yang berkeliling, mengikuti anak balita yang lebih memilih berjalan kesana
kemari daripada duduk diam. Ada seorang penumpang yang sejak masuk terlihat
sibuk bertelepon. Sesekali suaranya meninggi, hingga beberapa penumpang di ruang
tunggu mengernyit terganggu karena suaranya. Sepertinya ada pekerjaan mendadak yang
perlu dibereskan. Adapula seorang Ibu dan anak. Duduk bersebelahan, tetapi keduanya
mengenakan headphone, sibuk main game dengan gadget-nya masing-masing.
Tertangkap olehku petugas
darat mendorong trolley berisi
kotak-kotak putih. Kotak makanan. Alamat ada tambahan delay lagi, begitu pikirku. Dugaanku tepat. Tak lama kemudian,
petugas mengumumkan bahwa penerbangan yang seharusnya berangkat pukul 18.45 WIB
ditunda menjadi pukul 19.30 WIB. Saat
menunggu seperti ini, rasanya waktu memuai. Menjadi lebih lama dari
seharusnya..
5 menit menjelang pukul
19.30 WIB, belum ada tanda-tanda kami dipanggil untuk naik ke pesawat. Seorang
penumpang, menghampiri desk meminta
penjelasan. Setelah penumpang tersebut kembali duduk, petugas kemudian
mengumumkan penerbangan ditunda (lagi) hingga pukul 20.15 WIB.
"Kenapa
kalian tidak pesan makanan sejak sejam yang lalu, saya lama menunggu disini,
saya lapar," seorang warga asing dengan logat unik berkata kepada petugas desk, protes.
Para penumpang yang
lain hanya bisa tersenyum simpul. Setidaknya itu menjadi hiburan ringan untuk
mengobati kekecewaan karena terkena delay.
Perjalanan yang masih panjang, mungkin membuat para penumpang memilih untuk menghemat tenaga. Tidak ingin
berdebat dengan petugas darat. Tidak ingin merusak suasana libur.
Ya, suasana libur. Membuat
orang-orang cenderung menjadi lebih toleran..
"Inilah
indahnya di Indonesia, penumpangnya suabaaaar," seloroh penumpang yang
duduk di sebelahku, baru saja mengambil kotak snack.
Terlihat para
penumpang, seorang asing terhadap yang lain mulai saling bercakap-cakap. Sudah
menjadi kawan senasib.
Tepat pukul 8.15 WIB,
petugas memanggil para penumpang untuk naik pesawat. Tarikan nafas lega
terdengar di berbagai sudut ruang tunggu. Akhirnya.. bisa berangkat.
***
Aku sudah menempati
kursiku. Penumpang lain masih naik. Pramugari membantu penumpang, menata barang
bawaan di kabin. Teringat ketika aku masih kecil. Dulu aku pernah bercita-cita
ingin jadi pramugari, karena setiap hari bisa terbang kemana-mana.
Aku tak kuasa menahan
kantuk. Aku tertidur. Sesekali terbangun. Hingga kulihat cahaya lampu kota
terlihat mendekat. Pesawat semakin merendah, kemudian terasa tekanan diujung
hidung pesawat diiringi deruman mesin, seolah
berkata: “Selamat datang di Jakarta.”
***
Aku menunggu bis
damri. Disekelilingku masih banyak calon penumpang, menunggu bis. Pasti disuatu
tempat, ada yang sedang menunggu kepulangan orang-orang ini, pikirku. Bis damri
yang kutunggu pun datang. Aku mengabari orang rumahku. Mereka akan menjemputku
di Rawamangun.
Bis melaju lancar.
Tidak macet.
"Untanya
sudah lewat," kodeku melalui handphone.
“Oke,
kami berangkat dari rumah sekarang.”
***
Tiba di terminal
Rawamangun, aku segera mencari-cari dan menemukannya. Bapak dan Mamak serta
Inang Uda datang menjemputku. Bertemu dengan
keluarga setelah sekian lama terpisah merupakan kebahagiaan yang tak ternilai
harganya. Jakarta selalu
memanggilku kembali pulang. Kepada keluargaku. Finally, I’m home…
With love our
hearts can be a family
And hope can bring
this family face to face
And though we may
be far apart our hearts can be as one
When love brings us
together in one place..
(Sandi Patty – Love
Will Be Our Home)
Even from across
the sea (so far across the sea)
I can hear you
calling me (baby come to me)
Destiny controls
the air (no matter where you are)
Dream and dare to love
again (your home is in my heart)
(BoyzIIMen – Your Home
is In My Heart)
Evernoted @
Damri, Jakarta 11.10 PM 02.08.13
Final
editing: Jakarta 04.20 AM 05.08.13
No comments:
Post a Comment