Friday, August 2, 2013

Pulang


Jumat,  hari pembuka week end. Dari tujuh hari dalam seminggu, kedatangannya paling  dinantikan. TGIF - Thank God it’s Friday. Detik-detik berakhirnya jam kerja, menyuntikkan energi dan semangat baru. Memberikan kesempatan untuk istirahat sejenak dari rutinitas kerja. Memulihkan tenaga dan me-refresh pikiran.

Bagi mereka yang tinggal di kota yang berbeda dengan keluarga, akhir pekan dinanti-nanti untuk berkumpul bersama keluarga. Melepas rindu. Menebus waktu bersama yang hilang…    

***

Jumat, 02 Agustus 2013, 06.00 WIB.

Pagi ini terasa begitu spesial. Dalam hitungan jam, aku bisa berkumpul dengan keluargaku. Aku bisa menikmati waktu bersama mereka untuk 11 hari dan 10 malam kedepan. Kenyataan yang sangat menyenangkan, menyambutku begitu aku membuka mata pagi ini. Langit biru cerah dan kehangatan matahari pagi seolah menjadi penanda bahwa semesta alam pun mendukung. Atmosfer keceriaan meruap memenuhi udara.  

***

16.00 WIB.

Jam kerja berakhir sudah. Tiba waktunya untuk pulang. Benar-benar pulang, ke rumah..

Polo shirt menggantikan kemeja batik yang kukenakan pagi tadi. Ransel sarat muatan menggantikan tas kerja yang menemaniku ke kantor pagi tadi. Bayangan wajah-wajah familiar yang segera akan kutemui membuatku siap memulai perjalananku sore ini, menuju Jakarta.

… I gotta get myself together, 'cause I got some place to go;
And I'm praying when I get there, I'll see everyone I know…
(Mary Mary – Heaven)

***

                “Bu, saya berangkat ya..” pamitku ke Ibu Kost.
                “Oh ya.. hati-hati di jalan.. Salam untuk Bapak-Ibu dirumah..”
                “Baik, Bu..”

Usai berpamitan, aku berjalan menuju pool taksi yang tak begitu jauh dari kostku.
                “Juanda, ya, Pak. Kita lewat tol saja dari Gayungsari.” aku menginstruksikan.

Baru berjalan beberapa puluh meter, tampak jalur alternatif menuju tol yang biasa kugunakan sudah padat dengan kendaraan. Tak bergerak.
                “Mbak, kita putar balik saja. Tadi saya lewat disini, satu jam baru bisa tembus.Mending kita lewat A. Yani. Meskipun macet, setidaknya masih bisa bergerak,” ia menambahkan.
                “Tapi kan mau naik tol..” balasku.
                “Kita naik dari Waru saja. Kalau lewat Gayungsari bisa-bisa Mbak sampai bandara, pesawatnya sudah terbang..”
                “Okelah kalau begitu..” aku mengikuti sarannya.

Orang-orang sepertinya berada pada frekwensi gelombang pikiran yang sama, menghindari jalan utama supaya tidak terkena kemacetan. Berakibat menumpuknya kendaraan di jalur alternatif.

1 jam terdiri dari 60 menit. Satu menit terdiri dari 60 detik. Tapi entah mengapa setiap menuju bandara, waktu terasa berlari.  

Taksi berputar balik, mengarah ke jalan utama. Aku berharap-harap cemas. Semoga jalan tidak terlalu macet. Kudapati jalan A. Yani sudah padat kendaraan. Taksi bergerak perlahan di tengah lautan kendaraan lainnya. Aku bolak balik melihat jam tanganku seolah dengan begitu, aku bisa melambatkan lajunya waktu. Pintu tol masih belum terlihat. Aku mulai merasa gelisah.

***

Diperlukan waktu tempuh sekitar 40 menit, barulah kami bisa naik tol. Lalu lintas ramai tapi lancar. Aku pun bisa menarik nafas lega, tenang.

Setibanya di bandara, aku menuju konter maskapai penerbangan yang kugunakan untuk check in. Ada informasi bahwa pesawat mengalami keterlambatan 30 menit. Inilah risiko terbang sore hari saat peak season. Terkena delay karena akumulasi keterlambatan..

Ruang tunggu menghadirkan aneka manusia dengan kesibukannya masing-masing sementara menunggu panggilan boarding. Ada seorang Ibu yang berkeliling, mengikuti anak balita yang lebih memilih berjalan kesana kemari daripada duduk diam. Ada seorang penumpang yang sejak masuk terlihat sibuk bertelepon. Sesekali suaranya meninggi, hingga beberapa penumpang di ruang tunggu mengernyit terganggu karena suaranya. Sepertinya ada pekerjaan mendadak yang perlu dibereskan. Adapula seorang Ibu dan anak. Duduk bersebelahan, tetapi keduanya mengenakan headphone, sibuk main game dengan gadget-nya masing-masing.

Tertangkap olehku petugas darat mendorong trolley berisi kotak-kotak putih. Kotak makanan. Alamat ada tambahan delay lagi, begitu pikirku. Dugaanku tepat. Tak lama kemudian, petugas mengumumkan bahwa penerbangan yang seharusnya berangkat pukul 18.45 WIB ditunda menjadi pukul  19.30 WIB. Saat menunggu seperti ini, rasanya waktu memuai. Menjadi lebih lama dari seharusnya..

5 menit menjelang pukul 19.30 WIB, belum ada tanda-tanda kami dipanggil untuk naik ke pesawat. Seorang penumpang, menghampiri desk meminta penjelasan. Setelah penumpang tersebut kembali duduk, petugas kemudian mengumumkan penerbangan ditunda (lagi) hingga pukul 20.15 WIB.  
               
"Kenapa kalian tidak pesan makanan sejak sejam yang lalu, saya lama menunggu disini, saya lapar," seorang warga asing dengan logat unik berkata kepada petugas desk, protes.

Para penumpang yang lain hanya bisa tersenyum simpul. Setidaknya itu menjadi hiburan ringan untuk mengobati kekecewaan karena terkena delay. Perjalanan yang masih panjang, mungkin membuat para penumpang  memilih untuk menghemat tenaga. Tidak ingin berdebat dengan petugas darat. Tidak ingin merusak suasana libur.

Ya, suasana libur. Membuat orang-orang cenderung menjadi lebih toleran..
"Inilah indahnya di Indonesia, penumpangnya suabaaaar," seloroh penumpang yang duduk di sebelahku, baru saja mengambil kotak snack.
Terlihat para penumpang, seorang asing terhadap yang lain mulai saling bercakap-cakap. Sudah menjadi kawan senasib.

Tepat pukul 8.15 WIB, petugas memanggil para penumpang untuk naik pesawat. Tarikan nafas lega terdengar di berbagai sudut ruang tunggu. Akhirnya.. bisa berangkat.

***

Aku sudah menempati kursiku. Penumpang lain masih naik. Pramugari membantu penumpang, menata barang bawaan di kabin. Teringat ketika aku masih kecil. Dulu aku pernah bercita-cita ingin jadi pramugari, karena setiap hari bisa terbang kemana-mana.

Aku tak kuasa menahan kantuk. Aku tertidur. Sesekali terbangun. Hingga kulihat cahaya lampu kota terlihat mendekat. Pesawat semakin merendah, kemudian terasa tekanan diujung hidung pesawat diiringi deruman mesin, seolah  berkata: “Selamat datang di Jakarta.”

***

Aku menunggu bis damri. Disekelilingku masih banyak calon penumpang, menunggu bis. Pasti disuatu tempat, ada yang sedang menunggu kepulangan orang-orang ini, pikirku. Bis damri yang kutunggu pun datang. Aku mengabari orang rumahku. Mereka akan menjemputku di Rawamangun.

Bis melaju lancar. Tidak macet.

"Untanya sudah lewat," kodeku melalui handphone.
“Oke, kami berangkat dari rumah sekarang.”

***

Tiba di terminal Rawamangun, aku segera mencari-cari dan menemukannya. Bapak dan Mamak serta Inang Uda datang menjemputku. Bertemu dengan keluarga setelah sekian lama terpisah merupakan kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Jakarta selalu memanggilku kembali pulang. Kepada keluargaku. Finally, I’m home


With love our hearts can be a family
And hope can bring this family face to face
And though we may be far apart our hearts can be as one
When love brings us together in one place..
(Sandi Patty – Love Will Be Our Home)

Even from across the sea (so far across the sea)
I can hear you calling me (baby come to me)
Destiny controls the air (no matter where you are)
Dream and dare to love again (your home is in my heart)
(BoyzIIMen – Your Home is In My Heart)


Evernoted @ Damri, Jakarta 11.10 PM 02.08.13
Final editing: Jakarta 04.20 AM 05.08.13

No comments:

Post a Comment