Mi Padre & I |
Sabtu siang, KMU Studio Surabaya, 2012.
Some people live for the fortune,
Some people live just for the fame...
Some people live for the po..
Belum lagi Alicia Keys menuntaskan bait pertama, aku menginterupsi nyanyiannya dengan memencet tombol
telepon hijau.
"Dimana kau?"
"Lagi di tempat kawan saya, toh..."
"Bikin apa disana?"
"Mau take vokal ini."
"Ooh, sudah makan kau?"
"Sudah.."
"Apa makanmu tadi?"
"Nasi campur."
"Campur apa saja?"
"Batu sama pasir," jawabku sambil tersenyum iseng.
"Ba ba bah, masak itu kau makan?"
"Ya enggak lah, Pak.. Tadi dikasih Ibu kost
makan siang. Nasi, sayur sop dan ayam goreng."
"Wah, enak tuh.." balas Bapak, menirukan suatu iklan teve.
"Iya toh, kalau Bapak, apa menu?"
"Disini ada nasi merah, sawi rebus, sama ikan dimasak kuah-kuah
gitu."
"Enak tuh," balasku, menirukan Bapak.
Kami pun tertawa bersama.
"Jadi, bagaimana kareba1 disana? Aman-amankah?"
"Aman terkendali, Pak."
"Bapak senang dengarnya. Okelah kalau begitu. Baik-baik disana, ya Inang2, take care eh?"
"Iya, Pak."
"I love you."
"I love you, too."
“Bye bye..”
“Bye bye..”
Setelah mematikan handphone,
aku mendapati kedua teman di studio
melihatku dengan pandangan menyelidik.
"Siapa tadi itu?" tanya seorang temanku.
"Bapakku."
"Hah? Masak sih?!" temanku yang lain membalas dengan nada tak
percaya.
"Lah, emangnya kenapa?"
"Habisnya pake i love you i love you-an, gitu..."
"Ya gak apa-apa toh. Emang gak boleh? Ada yang salah?"
"Gak biasa aja sih."
"Emang gitu deh Bapakku, yuk kita mulai take-nya."
***
“I love you”. Tiga kata yang identik dengan muda-mudi yang sedang
kasmaran. Aku bisa mengerti jika temanku menjadi bingung mendengar percakapan per teleponku tadi.
Love: kb. 1 cinta, asmara. 2 kecintaan. 3
kasih. 4 kasih sayang. 5 Tenn.:
kosong, nol. 6 pacar, kekasih. -kkt. 1 cinta pada. -kki. mencintai. -loving
ks. penuh kasih.
ks. penuh kasih.
Jika kita cek ke kamus, love ternyata punya arti luas. Bisa digunakan untuk mengungkapkan kasih
sayang kepada siapapun. Termasuk kepada orang tua.
Bapak bungsu dari 6 bersaudara, aku bungsu dari 3 bersaudara. Sesama anak ragil, ada koneksi spesial antara kami.
Tanpa kehilangan wibawanya sebagai seorang
Bapak, kami dekat layaknya sahabat.
***
Papua, 1994.
Kelas 4 SD, aku sedang nongkrong di pusat perbelanjaan (shopping center) bersama beberapa teman.
Ketika itu sedang minggu-minggu ujian
sekolah. Sehingga untuk sementara shopping center menjadi daerah steril
bagi kami.
Kecuali jika kami ingin dimarahi orang tua kami.
"Butet3, ada ko4 punya Bapa dan Mama datang itu. Ko sembunyi sudah.. Nanti kalo mereka sudah lewat baru ko keluar" tiba-tiba temanku berkata, takut-takut.
"Mana-mana?"
pandanganku menyisir pelataran parkir shopping center.
Dengan ragu-ragu, temanku menunjuk sambil berkata, "Itu sana."
Mengikuti arah jemarinya, pandanganku bertemu dengan Bapak, yang setelah mendekat kemudian menyapaku: "Hai."
"Hai juga," balasku, sambil melambaikan tangan.
Sambil tersenyum ke arah
teman-temanku, Bapak bersama Mamak berjalan masuk ke dalam shopping center.
Seorang
temanku berkata: "Sudah, begitu sajakah?"
"Memangnya kenapa?" balasku.
"Nanti di rumah ko punya Bapa baru kasih marah ko kah?"
"Kena marah untuk apa?"
"Pulang sekolah tidak langsung pulang kerumah toh.. baru nongkrong di shopping padahal kita sedang ujian ini.."
"Ai, tidak toh.."
"Ko enak
sekali sampe5… kalau saya punya Mama atau Bapa ada lihat saya disini, mereka pasti marah saya, baru suruh saya pulang..."
Kali lain, aku menemani
Bapak menuju kantor utama (main office). Usiaku sekitar sebelas tahun.
Kami berjalan kaki sambil bergandengan tangan,
bersenda gurau, dan sesekali bernyayi-nyanyi riang. Kudengar dari arah belakang, ada sebuah mobil mendekat. Memelankan lajunya,
mengiringi kami. Pengemudi mobil melongok
melalui kaca jendela penumpang yang diturunkan separuh. Ternyata rekan kerja
Bapak. Ia berkata:
"Wah, Pak Sihombing.. sama siapa itu?"
"Kawan saya," jawab Bapak sambil tersenyum kearahku.
Hanya dua kata, tapi sore itu aku merasa sebagai orang
kepercayaan nomor satu Bapak. Kami berdua adalah agen yang sedang bekerja untuk suatu misi
rahasia…
***
Minggu, 28 Juli
2013, 16.00 WIB
Aku membaca
tag note Kak Ega berjudul Gitar, ayah
Kaya dan ayah Miskin.
https://www.facebook.com/notes/brilliant-yotenega/gitar-ayah-kaya-dan-ayah-miskin/10152344480625283
https://www.facebook.com/notes/brilliant-yotenega/gitar-ayah-kaya-dan-ayah-miskin/10152344480625283
Aku langsung teringat Bapakku di Jakarta.
Menjadi seorang Bapak, tidak mudah. Sebagai kepala rumah
tangga dituntut bertanggung jawab akan kesejahteraan dan masa depan
keluarganya. Dibalik wibawa dan ketegarannya, seorang Bapak masih manusia biasa yang juga punya sisi emosional. Namun terkadang,
anggota keluarga tidak menyadari hal tersebut.
Meski sejak kecil aku dekat dengan Bapak, tidak berarti
hubungan kami selalu baik. Pernah sekali waktu kami berselisih pendapat, membuat kami tidak saling berbicara untuk waktu yang cukup lama.
Kemudian aku sadar, Bapakku masih manusia biasa yang mempunyai keterbatasan. Namun Bapak selalu berusaha memberikan
yang terbaik
untuk kami anak-anaknya. Berusaha memenuhi kebutuhan kami dan menjamin
kesejahteraan kami serta memastikan kami dapat mengenyam
pendidikan hingga jenjang perguruan
tinggi. Bapak
berjuang dan berkorban demi kami, tanpa
pernah mengeluhkan tantangan dan rintangan yang harus Bapak tempuh. Yang penting bagi Bapak, kebutuhan keluarganya
tercukupi.
Awal bekerja di
Papua, Bapak belum menjadi pegawai tetap. Dikenal dengan sebutan non-staff. Supaya bisa mendapatkan rumah
untuk kami,
awal tahun 1979 Bapak menerima tawaran masuk ke
divisi underground maintenance. Tidak banyak orang yang mau bekerja disana. Mengingat
risiko tinggi yang harus dihadapi. Nyawa
taruhannya.
Setiap hari Bapak
sudah harus berangkat dari rumah pukul 4 pagi. Dengan berbekal 3 lapis baju,
sebuah jaket tebal dan jas hujan, Bapak siap bergelut melawan dinginnya tambang
di kedalaman 3600 meter dari permukaan tanah. Suhu berkisar 4°C-6°C, oksigen
tipis, jarak pandang terbatas, paparan debu tambang harus Bapak hadapi. Belum
lagi risiko longsor, tertimpa batu, atau terkena gas oksidasi yang selalu mengintai.
Semua itu Bapak hadapi agar kami sekeluarga bisa mendapatkan rumah. Perjuangan
Bapak terbayar di bulan Juni, tahun 1980. Kami sekeluarga memasuki rumah kami
yang pertama.
Bapakku tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang
Ayah. Bapak dari Bapakku meninggal dunia karena sakit ketika Bapak masih balita. Namun itu
tidak menjadi kendala bagi Bapak. Bapak bisa memberikan kasih sayang dengan penuh dan mencukupi kebutuhan kami sekeluarga, berlimpah malah.
Usai membaca note, aku mengambil handphone-ku. Membuka daftar
kontak. Begitu menemukan 'Padre Sbingz', aku menekan tombol telepon hijau. Bersamaan
dengan bunyi nada sambung, reff lagu
Stevie Wonder berputar di benakku:
"I just called, to
say I love you..
I just called, to say how much I care..
I just called, to say I love you..
And I mean it from the bottom of my heart..."
Tak lama, panggilanku dijawab.
"Hai Tet," sapa Bapak.
"Halo, Pak. Selamat hari Minggu.."
"Selamat hari Minggu, Inang."
Kami mengobrol, saling menanyakan kabar dan bercerita tentang
kegiatan masing-masing. Hingga tiba waktunya mengakhiri
percakapan kami.
"Jadi, adong do muse na asing, Ito6?" tanya Bapak.
(“Jadi, apakah ada hal lain?")
"Dang dope, nunga lallit be."
(Tidak ada, sudah semuanya)."
"Okelah kalau begitu. I love
you," Bapak menutup.
"I love you too, Bapak…"
“Bye, bye.”
“Bye, bye.”
Rasa haru memenuhiku, aku bersyukur pada Tuhan untuk Bapak. Aku bangga dan sayang
padanya.
Ditengah riuh aktivitas kita, sudahkah hari ini kita mengapresiasi kasih sayang Bapak kepada kita? Cukup dengan hal kecil yang sederhana, sebuah panggilan telepon untuk menyampaikan: "I love you, Bapak".
Ditengah riuh aktivitas kita, sudahkah hari ini kita mengapresiasi kasih sayang Bapak kepada kita? Cukup dengan hal kecil yang sederhana, sebuah panggilan telepon untuk menyampaikan: "I love you, Bapak".
***
So
fathers, be good to your daughters..
Daughters will love like you do..
(Daughters
– John Mayer)
As
simple as a phone call just to make it known..
It's
the little things and the joy they bring
In
the quest for fortune and fame
Don't
forget about the simple things
(Little
Things – India Arie)
Catatan:
1 kareba: kabar
2 Inang: sebutan untuk
Ibu atau anak perempuan dalam bahasa Batak
3 Butet: sebutan untuk anak perempuan bungsu satu-satunya
dalam bahasa Batak
4 Ko: kau; kamu
5 Sampe:
sampai
6 Ito: sebutan untuk lawan jenis dalam bahasa Batak
Surabaya, 01.08.2013 01.45 AM
Salam kenal, kita punya common friend nih.. si Ega :)
ReplyDeleteGreat writing, great story..
Salam kenal juga..
DeleteTerima kasih untuk apresiasinya..
:)