Jumat, 26 Juli 2013
Kling. Suara notifikasi Facebook.
Tagging note
dari Kak Ega. Tentang ajakan menulis random setiap hari sampai tanggal 31
Agustus 2013, membangkitkan
kenangan pertama kali mengenal dunia menulis.
***
Tahun 2000, kelas 2 SMU. Bersama empat orang temanku,
kami diutus pihak sekolah untuk mengikuti Pelatihan Dasar Pers Siswa yang
diselenggarakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Didaktika (LPM Didaktika)
Universitas Negeri Jakarta.
Hari pertama, kami mendapat pembekalan mengenai
penulisan, berita pada khususnya. Dibawah bimbingan Bapak Gantyo Koespradono
dari Media Indonesia, kami diajarkan mengenai konsep-konsep penulisan berita
dalam bentuk soft news ataupun hard news.
"Anjing Menggigit Orang". Itu sesuatu
yang biasa. "Orang Menggigit Anjing", itu baru berita. Kami pun
diberi waktu untuk praktek menulis berita. Setelah menulis, beliau membaca dan
memberi masukan atas tulisan-tulisan kami. Satu pesan penting yang disampaikan
beliau, yang kuingat hingga kini, bahwa dalam penulisan berita harus netral,
tidak boleh memuat opini pribadi si penulis.
Keesokannya, kami dibagi dalam beberapa kelompok
untuk membuat koran. Tiap kelompok berjumlah 5 orang dari sekolah yang berbeda.
Total ada 5 kelompok. Setelah pembagian kelompok, kami diberi materi
dasar-dasar wawancara narasumber. Setelah makan siang, kami pun disebar di area
Tugu Monas untuk hunting bahan
tulisan sekaligus praktek wawancara.
Aku melihat ada satu keluarga berkebangsaan India
sedang bersiap-siap berfoto di depan Tugu Monas. Spontan aku mendekati mereka.
"Hello, may I ask you about some questions?" aku bertanya.
"Oh sure," sahut salah seorang dari mereka.
"Thank you. What bring you to Monas?"
"This is my first trip to Indonesia. One of my family who live in
Jakarta told me that Monas Statue is one of Indonesia's historic object. The
most interesting for me is the fact that the upper part of Monas made from
gold! That's why I'm so eager to see it by myself."
Sembari mencatat, seorang Panitia memberikan
isyarat padaku bahwa waktu hunting
sudah berakhir. Saatnya berangkat ke tujuan berikutnya: kantor Media Indonesia.
Kami tiba disana sekitar pukul 15.00 WIB. Segera, kami
pun diantar berkeliling. Berbeda dalam bayanganku, kami mendapati ruang kerja yang
kosong. Pemandu kami menjelaskan para wartawan sedang bertugas keluar, mencari berita.
Selanjutnya, kami ditunjukkan ruangan rapat
redaksi, dimana setiap harinya ada rapat untuk menentukan berita yang akan
diturunkan sebagai headline. Rapat
tersebut rutin dilakukan pada pukul 17.00 WIB. Namun demikian topik yang sudah
ditetapkan untuk menjadi headline
pada saat rapat tersebut masih bisa diubah, jika sebelum jam 22.00 WIB ada hard news yang masuk. Setelah pukul
22.00 WIB, barulah dimulai pencetakan koran untuk esok hari.
Hari ketiga, Sabtu pagi. Kelompok yang sudah
dibentuk harus membuat koran, terdiri dari 4 halaman. Tenggat waktu hingga
pukul 18.00 WIB. Diawali dengan rapat redaksi perdana, kami membagi tugas dan
mulai mengerjakan koran kami. Sesekali panitia berkeliling dan memberitahukan
sisa waktu yang kami miliki untuk menyelesaikan koran kami.
2 jam menjelang
deadline merupakan saat-saat yang paling menegangkan. Revisi tulisan, cetak
ulang, perbaikan lay out dan lain
sebagainya. Panitia meniup peluit panjang. Semua kelompok diminta menyerahkan
korannya. Satu jam kemudian, panitia memanggil semua peserta. Dan.. koran
kelompokku dinobatkan sebagai Koran Terbaik!
Pengalaman pelatihan jurnalistik tersebut resmi memantapkan
minatku dengan dunia kepenulisan. Aku bercita-cita setelah lulus SMU bisa mempelajari
dunia menulis lebih dalam. Ingin kuliah di bidang jurnalistik. Namun cita-cita
itu tinggal impian. Aku mengikuti keinginan
orang tuaku, mengambil kuliah di dibidang lain.
***
27 Oktober 2011
Aku membaca sebuah twit Alberthiene Endah, seorang penulis:
“Menulis adalah pekerjaan liquid.
Bisa dilakukan sebagai pekerjaan utama, bisa meliuk di antara kesibukan yang
lain. Dan yg pasti, bermakna.”
Mendadak semangat untuk menulis kembali berkobar. Menghidupkan
kembali impianku yang terpendam. Twit
selanjutnya, diinformasikan mengenai Wordisme dan event yang akan diadakan.
Suatu workshop menulis. Aku segera
mendaftar via email, dengan
menyampaikan tulisan tentunya.
Beberapa hari kemudian, aku mendapat email undangan mengikuti “One Day Writing Workshop” dari Wordisme.
Hadir para penulis yang membahas mengenai penulisan jurnalisme pop, biografi, blog, novel/fiksi, serta skenario. Sharing
pengalaman para penulis tersebut membuka wawasanku dan memberikan semangat baru
untuk menulis.
***
“Setiap warga dunia punya kisah yang
unik, bila kita diberi kesempatan untuk mendengar hargai&belajarlah dari
kisah mereka.”
– Tracy Trinita (25 Juli 2013, UberSocial)
– Tracy Trinita (25 Juli 2013, UberSocial)
Mari, tulis dan sebarkan kisah kita. Let's begin the daily random writing
adventure together!
Surabaya, 28 Juli 2013, 12.45 AM
No comments:
Post a Comment